Berbicara tentang “janji”, entah berapa
kali kita mengalami kekecewaan karena janji yang diucapkan oleh orang
lain kepada kita, tidak ditepati. (Atau kita sendiri yang melakukan ingkar janji).
Contoh, seorang ayah yang telah berjanji
akan mengajak jalan-jalan anaknya pukul 4 sore, ternyata tidak menepati
janji. Seorang manajer yang menjanjikan kenaikan gaji kepada stafnya
bulan Maret, ternyata tidak tepat janji. Seorang vendor yang menjanjikan
menyelesaikan pekerjaan esok hari kepada partner kerjanya, ternyata
tidak tepat janji. Bahkan janji yang tertulis pada poin dalam surat
kontrak pun, serba tidak tepat/meleset dari apa yang dijanjikan. Dan
yang lebih mengecewakan adalah ketidaktepatan itu dibiarkan saja terjadi
tanpa penjelasan apapun.
Sepertinya ketidaktepatan memenuhi janji
memang sudah biasa dilakukan oleh manusia. Padahal jika ingin dianggap
berintegritas, dapat dipercaya, profesional, berkualitas, setiap pribadi
ataupun organisasi, haruslah tepat janji. Bahkan berani mengalami
kerugian hanya untuk menepati janji yang telah dilontarkan.
Pilihan ada di tangan setiap kita,
apakah kita ingin dianggap sebagai “tukang ingkar janji” atau “si tepat
janji”?
Konsekuensi dari yang pertama adalah tidak dipercaya, dianggap
tidak punya integritas, dicap sebagai “tidak profesional”, perusahaan
“abal-abal”, dan sebutan negatif lain. Sedangkan konsekuensi dari yang
kedua kebalikan dari yang pertama. Pilih mana?
Sumber: R/hmministry
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar